Minggu, 02 November 2008

Gagasan Di Bumi Flores

PERLU DIBENTUKNYA DEWAN ADAT SEBAGAI PENGAWAL PEMBANGUNAN YANG TERKONSEP DI NTT

Bajawa, Warnas

Pertemuan informal yang di gagas beberapa elemen masyarakat Ngada di Kualalumpur, Bajawa Kemarin (26/3/08) membahas perlunya pembentukan dewan adat setingkat kabupaten di Kabupaten Ngada secepatnya. Agar pembangunan di daerah ini, tidak mengesampingkan unsur local genius pada masyarakat yang dalam kesehariaan perilaku kulturnya nampak mengakar, diharapkan gerakan ini diikuti oleh tiap-tiap Kabupaten di NTT

“Dengan dibentuknya dewan adat maka genderang pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah tidak serampangan tetapi bisa berkolaborasi dengan kultur masyarakat karena mendapat legitimasi budaya setempat” hal ini disampaikan Mikael Risdiyanto anggota Forum Komunikasi Nasional”Bung Karno” Jakarta, atau dengan kata lain dewan adat sebagai lembaga independent untuk membantu mengontrol jalannya pembangunan di daerah kita, sambungnya.

Turut hadir dalam pertemuan itu, Rober Butheawa Direktur LSM Citra Ngada, Marianus Mame selaku Ketua Forum Pemekaran Golewa Timur, Aurilius usahawan besi tua dari Turekisa. Menurut Robert Butheawa wacana ide pembentukan dewan adat pernah muncul tapi lagi-lagi tidak ada tindak lanjut dari pihak-pihak yang berkompeten. Untuk itu mak frekuensi antar forum amat diperlukan, agar ide ini segera direalisasikan supaya arah pembangunan tidak mengalami ketimpangan didaerah ini.

Perlu diketahui dengan adanya lembaga semacam ini, justru mengajak peran serta masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif, dalam menuangkan konsep pemikiran konstruktif agar pembangunan ini tidak menghilangkan unsure-unsur tradisional dalam suatu tatanan masyarakat.

Akan tetapi diharapkan semua ini tidak menumbuhkan sikap primordialisme atau anti pendatang, ujar Aurilius. Martinus Mame menambahkan, dengan dibentuknya dewan adat nantinya mampu mengakomodir konsep-konsep pembangunan dari lapisan grass root. Sehingga kesan pembangunan tidak hanya bersifat top-down. Tujuan mulia ini diharapkan mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak, baik tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, budayawan dan dari unsure pemerintah.

Lebih dari itu dewan adat nantinya mampu berfungsi sebagai lembaga mediasi konflik di lapangan menyangkut kepentingan masyarakat dan kepentingan pemerintah sehingga konflik horizontal yang terjadi dapat diminimalisir dan dapat diredam secara musyawarah, ujar Mikael Risdiyanto. Kesejahteraan dan kemakmuran adalah tujuan bersama masyarakat NTT. Atasi segala persoalan dengan semangat perdamaian, niscaya impian NTT madani tercapai, katanya.

Pada kesempatan ini diharapkan pertemuan semacam ini berkesinambungan hingga pembentukan dewan adat dapat direalisasikan, diharapkan juga tokoh-tokoh lain bisa hadir dalam pertemuan selanjutnya, terlebih mereka-mereka yang memiliki background budaya setempat, sambung Martinus Mame menutup diskusi hari ini.

Dimuat :

Di Koran Warta Nasional Jakarta

Edisi 37/Thn II/1 April 2008